Selarik Skenario Hidup yang Kupelajari di Masa Putih Abu-Abuku

 

       Putih abu-abu adalah tempat semua cerita dimulai. Dari kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, dan segala alur cerita ada di sana. Di bangku madrasah itu yang selalu menjadi saksi setiap perjuangan seorang pelajar. Putih abu-abu adalah masa aku bukan lagi anak-anak yang harus menangis jika keinginanku tidak dituruti, aku dituntut untuk tidak egois dan harus belajar untuk memahami situasi yang tidak sesuai ekspektasi. 

      Putih abu-abu kujalani di MAN 1 Tuban, tempat yang tak pernah sedikit pun terlintas di kepala untuk dapat menimba ilmu di sana, tetapi di madrasah ini aku mendapat begitu banyak pelajaran hidup. Aku bertemu dengan teman-teman baru dengan berbagai ragam karakter, sifat, dan pola pikir yang berbeda-beda. Mereka semua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan aku. Aku adalah orang yang tidak mudah bergaul juga bukan orang yang banyak bicara atau bisa dibilang aku seorang yang berkepribadian introvert. "Introvert bukanlah kelemahan yang harus dipertahankan melainkan harus dilawan" prinsipku kala itu. Dari situ aku mulai belajar untuk bisa bergaul dengan teman sekelasku, tak hanya cukup di situ aku ingin lebih mengenal banyak orang dan memperluas relasi. Aku pun mengikuti OSIS dan robotik di kelas 10. Berawal dari sini aku bisa meningkatkan publik speaking dan kepercayaan diriku sehingga bisa lebih mudah untuk berbaur dengan orang baru. Selama 1 tahun aktif ikut organisasi aku mulai memiliki banyak teman.

     Menginjak kelas 11 aku memberanikan diri untuk mengambil langkah besar dengan menjadi ketua OSIS di sana. Tentu semua itu tidak mudah bagiku. Menguatkan mental dan fisik untuk menghadapi masalah yang ada sudah menjadi tugasku. Awal menjabat aku mengalami banyak kesulitan. Salah satunya adalah berperang dengan mentalku  sendiri. Mencoba untuk bisa berbicara di depan banyak orang adalah suatu hal yang cukup menguras tenagaku. Begitu banyak masalah yang harus dihadapi. Dari sini aku banyak belajar tentang rasa tanggung jawab atas semua yang kucapai. Menjadi seorang pemimpin bukan hanya soal jabatan tapi harus bisa menjadi secercah harapan untuk mengatasi masalah yang ada, yang artinya aku harus punya solusi dari setiap masalah yang muncul. Selain banyaknya masalah ada begitu banyak kebahagiaan yang aku terima di dalam organisasi ini. Bertemu dengan orang-orang hebat yang bisa saling mengutarakan pendapat dan bisa saling membantu adalah keberuntunganku. 

      Dikelas 12 aku bukan lagi seseorang yang memiliki jabatan di sana, aku lebih mempunyai banyak waktu untuk berbaur dengan teman sekelasku. Aku jarang masuk kelas karena dispen dulunya, tapi sekarang aku bisa lebih dekat dengan mereka dan bisa memahami karakter mereka. Setiap cerita yang mereka ukir untuk menjadi bekal saat kita berjuang menggapai mimpi masing-masing nantinya. Kerandoman mereka saat jam pelajaran, canda tawa mereka, kepedulian mereka, dan ketantruman mereka mungkin tidak akan bisa terulang kembali. Tanpa aku sadari aku menemukan kebahagiaan tersendiri dengan segala bentuk canda tawa mereka. Di titik ini kita disibukkan untuk memutuskan jalan hidup kedepannya. Pertanyaan yang biasanya diajukan sudah bukan lagi tentang kita mau healing ke mana? Tapi mau kuliah di mana? Kuliah apa kerja? Pertanyaan-pertanyaan maut yang langsung bikin overthinking. 

       Dari sedikit paparan cerita di atas yang mungkin bisa di buat pelajaran adalah cobalah untuk melihat dengan sudut pandang yang berbeda, Terkadang semua hal lebih baik untuk tidak sesuai ekspektasi. Belajar ikhlas dan menghadapi masalah dengan kepala dingin. Untuk kamu yang mempunyai kepribadian introvert jangan takut untuk mencoba hal baru karena semua pasti bisa terlalui dengan keberanianmu dan teruntuk teman temanku Semoga kita bisa sukses di jalan kita masing-masing.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Situasi Politik dan Demokrasi Indonesia dalam Ancaman Pelemahan Supremasi Hukum